JAKARTA- Soni Fahruri (CENITS) mengungajak berbagai pihak agar bergotong-royong mewujudkan sedikitnya 23% energi terbarukan di Indonesia.
“Pada tahun 2025 target bauran energi terbarukan adalah sedikitnya 23%, mohon diperhatikan dengan seksama kata “sedikitnya” sebab banyak orang lupa mencantumkan kata ini. Artinya kita harusnya bisa mencapai 24%, 25% dan seterusnya” ucap Soni.
Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) melakukan webinar dengan tema : energi baru terbarukan sebagai solusi energi jangka Panjang, pada hari Senin, 26 September 2022.
Narasumber yang diundang adalah Soni Fahruri, Founder- CENITS (Centre for Energy and Innovations Technology Studies). Peserta Webinar merupakan pengurus dan anggota KHMDI di seluruh Indonesia.
Sekjen PP KMHDI, I Wayan Dharmawan, dalam sambutan menyampaikan bahwa perkembangan energi baru dan terbarukan masih belum menggembirakan yakni sekitar 10%, padahal untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih sudah waktunya penggunaan energi yang berbasis fosil dikurangi dan beralih ke energi terbarukan.
“Sikap Pemerintah yang menginginkan penghentian penggunaan PLTU patut kita sambut dengan baik, hal ini akan berdampak kondisi lingkungan terjaga semakin baik” ucap Dharmawan.
Soni Fahruri menyampaikan bahwa sejak tahun 2014 kita memiliki payung hukum dalam pengembangan energi terbarukan yakni Peraturan Pemerintah No. 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang kemudian dilanjutkan dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang lebih detil mengatur target bauran energi nasional.
“Pada tahun 2025 target bauran energi terbarukan adalah sedikitnya 23%, mohon diperhatikan dengan seksama kata “sedikitnya” sebab banyak orang lupa mencantumkan kata ini. Artinya kita harusnya bisa mencapai 24%, 25% dan seterusnya” ucap Soni.
Lebih lanjut Soni menambahkan bahwa kondisi saat ini, bauran energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 11%, sehingga butuh sedikitnya 12 persen atau 4% per tahun untuk mencapai target yang telah dicanangkan.
“Kita harus taat terhadap komitmen yang telah kita bangun melalui Kebijakan Energi Nasional (KEN), sehingga perlu kerjasama semua pihak dalam mewujudkannya. Mari bergotong-royong menepati janji yang telah kita buat yakni sedikitnya energi terbarukan 23% pada tahun 2025” ujar Soni.
Peserta webinar Made Asti Areka dan I Made Suwake menyoroti keseriusan Pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. “Kami melihat peraturan Pemerintah berubah-ubah dan ini terlihat seolah-olah rakyat dijadikan sebagai kelinci percobaan. Apakah sebelum peraturan tersebut diimplementasikan Pemerintah melakukan kajian yang mendalam?”.
Sedangkan peserta webinar yang bernama Komang Jordi Sagara menaruh perhatian potensi terjadinya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh konflik lahan yang digunakan sebagai area pembangkit listrik energi terbarukan. “saya mencermati Pembangkit Listrik yang menggunakan lahan masyarakat beberapa lokasi belum dibayar dengan tuntas, ucap Jordi.